LATAR BELAKANG
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi
terpimpin oleh Presiden Soekarno :
1.
Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan separatis pada
masa demokrasi liberal, menyebabkan
ketidakstabilan negara.
2.
Dari segi perekonomian :
Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa demokrasi liberal menyebabkan
program-program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh,
sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden
Soekarno diawali oleh anjuran Soekarno agar Undang-Undang yang digunakan untuk
menggantikanUUDS 1950 adalah UUD 1945. Namun usulan itu
menimbulkan pro dan kontra di kalangan anggota konstituante. Sebagai tindak
lanjut usulannya, diadakanpemungutan
suara yang
diikuti oleh seluruh anggota konstituante . Pemungutan suara ini dilakukan
dalam rangka mengatasi konflik yang timbul dari pro kontra akan usulan Presiden
Soekarno tersebut.
Hasil pemungutan suara menunjukan bahwa :
§
269 orang setuju untuk kembali ke UUD 1945
§
119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD 1945
Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD
1945 tidak dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota
konstituante yang menyetujui usulan tersebut tidak mencapai 2/3 bagian, seperti
yang telah ditetapkan pada pasal 137 UUDS 1950.
Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno
mengeluarkan sebuah dekrit yang disebut Dekrit Presiden 5
Juli 1959. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
1.
Tidak berlaku kembali UUDS 1950
2.
Berlakunya kembali UUD 1945
3.
Dibubarkannya konstituante
Peranan PKI
Partai Komunis
Indonesia (PKI)
menyambut "Demokrasi Terpimpin" Soekarno dengan hangat dan anggapan
bahwa PKI mempunyai mandat untuk mengakomodasi persekutuan konsepsi yang sedang
marak di Indonesia kala itu, yaitu antara ideologi nasionalisme, agama (Islam)
dan komunisme yang
dinamakan NASAKOM.
Pada tahun 1962,
perebutan Irian Barat secara
militer oleh Indonesia yang dilangsungkan dalam Operasi Trikora mendapat
dukungan penuh dari kepemimpinan PKI, mereka juga mendukung penekanan terhadap
perlawanan penduduk adat yang tidak menghendaki integrasi dengan Indonesia.
Keterlibatan Amerika Serikat
Di era Demokrasi Terpimpin, antara tahun 1959 dan tahun 1965, Amerika Serikat memberikan
64 juta dollar dalam bentuk bantuan militer untuk jenderal-jenderal militer
Indonesia. Menurut laporan di media cetak "Suara
Pemuda Indonesia": Sebelum akhir tahun 1960,
Amerika Serikat telah melengkapi 43 batalyon angkatan
bersenjata Indonesia. Tiap tahun AS melatih perwira-perwira militer sayap kanan. Di antara tahun 1956 dan 1959, lebih dari 200 perwira
tingkatan tinggi telah dilatih di AS, dan ratusan perwira angkatan rendah
terlatih setiap tahun. Kepala Badan untuk Pembangunan Internasional di Amerika
pernah sekali mengatakan bahwa bantuan AS, tentu saja bukan untuk mendukung
Soekarno dan bahwa AS telah melatih sejumlah besar perwira-perwira angkatan
bersenjata dan orang sipil yang mau membentuk kesatuan militer untuk membuat
Indonesia sebuah "negara bebas".
Dampak ke situasi politik
Era "Demokrasi Terpimpin" diwarnai
kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional
dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani Indonesia. Kolaborasi ini tetap
gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak Indonesia
kala itu. Pendapatan ekspor Indonesia menurun, cadangan devisa menurun, inflasi terus
menaik dankorupsi kaum birokrat dan
militer menjadi wabah sehingga situasi politik Indonesia menjadi sangat labil
dan memicu banyaknya demonstrasi di
seluruh Indonesia, terutama dari kalangan buruh, petani, dan mahasiswa.
Orde Baru adalah
sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru
menggantikan Orde Lama yang
merujuk kepada era pemerintahanSoekarno. Orde Baru
hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang
dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama.
Orde Baru
berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang
pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang
merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan
miskin juga semakin melebar.
Pada 1968, MPR secara
resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia
kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden
Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara
dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang
ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya.
Salah satu
kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi
anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk
melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam
kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama
kalinya.
Pada tahap
awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru.
Pengucilan politik - di Eropa Timur sering
disebut lustrasi -
dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk
mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan
digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau Buru.
Sanksi
nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui pembuatan aturan
administratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk menyeleksi kekuatan
lama ikut dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET (eks tapol).
Orde Baru
memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh
kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer. DPR dan MPR tidak
berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan
militer, khususnya mereka yang dekat denganCendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat
sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga
kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor
kepada Jakarta, sehingga
melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah.
Soeharto
siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II
1966 dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo. Soeharto merestrukturisasi politik dan
ekonomi dengan dwi tujuan, bisa tercapainya stabilitas politik pada satu sisi
dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan kapital
internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik dengan tingkat
kestabilan politik yang tinggi.
Eksploitasi
sumber daya Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan
pengeksploitasian sumber daya alam secara
besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di
Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi
dengan besar pada tahun 1970-an dan1980-an.
Penataan Kehidupan Politik
Jenderal Soeharto Penguasa Orde Baru
Surat
Perintah Sebelas Maret (Supersemar)
tahun 1966 merupakan
dasar legalitas dimulainya pemerintahan Orde Baru di Indonesia. Orde Baru
merupakan tatanan seluruhkehidupan rakyat, bangsa, dan negara, yang diletakan
pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dan juga
dapat dikatakan bahwa Orde Baru merupakan koreksi terhadap penyelewangan pada
masa lampau, dan berusaha untuk menyusun kembalikekuatan bangsa untuk
menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa.
Melalui Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, Letjen Soeharto ditugaskan oleh MPRS
untuk membentuk Kabinet Ampera. Akibatnya muncul dualisme kepemimpinan
nasional. Berdasarkan Keputrusan Presiden No. 163 tanggal 25 Juli 1966
dibentuklah Kabinet Ampera.Dalam kabinet baru tersebut Soekarno tetap sebagai
presiden dan sekaligus menjabat sebagai pimpinan kabinet. Tetapi ketika kabinet
Ampera dirombak pada tanggal 11 Oktober 1966, jabatan Presiden tetap dipegang
Soekarno, dan Letjen Soeharto diangkat sebagai perdanamenteri yang memiliki
kekuasaan eksekutif dalam kabinet Ampera yang disempurnakan. Sesuai dengan
Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, menyebabkan kekuasaan pemerintahan di tangan
Soeharto semakin besar sejak awal tahun 1967. Pada 10 Januari 1967 Presiden
Soekarno menyerahkan Pelengkap pidato pertanggungjawaban presiden yangdisebut
PelNawaksara tidak diterima oleh MPRS berdasarkan Keputusan Pimpinan MPRS No.
13/B/1967. Dan pada tanggal 20 Pebruari diumumkan tentang penyerahan kekuasaan
kepada pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966. Sebagai tindak lanjut lembagatertinggi
Negara ini mengeluarkan Ketetapan No. XXXIII/MPRS/1967 tertanggal 12 Maret1967,
yang secara resmi mencabut seluruh kekuasaan pemerintahan Negara dari Presiden
Soekarno, dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat presiden Republik
Indonesia. Dengan dikeluarkannya Ketetapan MPRS itu, situasi konflik yang
telahmenyebabkan terjadinya instabilitas politik nasional dapat teratasi. Dan
pada tanggal 27Maret1968 Soeharto diangkat sebagai presiden republic Indonesia
berdasarkan Ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968, sampai presiden baru hasil
pemilu ditetapkan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
Pembentukan Kabinet Pembangunan
Kabinet
pertama pada masa peralihan kekuasaan adalah Kabinet Ampera dengan tugasnya Dwi Darma Kabinat Ampera yaitu menciptakan stabilitas politik
dan stabilitasekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan
nasional Program Kabinet Ampera
terkenal dengan nama Catur
Karya Kabinet Ampera yakni.
§ Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang
dan pangan
§ Melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu yang
ditetapkan, yaitu tanggal 5 Juli 1968
§ Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk
kepentingan nasional
§ Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret 1968 menetapkan
Soeharto sebagai presiden RI untuk masa jabatan lima tahun, maka dibentuklah
Kabinet
Pembangunan dengan tugasnya yang disebut Panca
Krida yang meliputi:
1. Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi
2. Menyusun dan melaksanakan Pemilihan Umum
3. Mengikis habis sisa-sisa Gerakan 30 September
4. Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari
pengaruh PKI.
Pembubaran PKI dan Organisasi massanya
Dalam rangka
menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan, Soehartosebagai
pengemban Supersemar telah mengeluarkan kebijakan.
Membubarkan
PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan Ketetapan MPRS No
IX/MPRS/1966
§ Menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia
§ Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri
yang dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965.
Penyederhanaan Partai Politik
Pada tahun 1973 setelah
dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada masa Orde Baru pemerintahan
pemerintah melakukan penyederhaan dan penggabungan (fusi) partai- partai
politik menjadi tiga kekuatan social politik. Penggabungan partai-partai
politik tersebut tidak didasarkan pada kesamaan ideology, tetapi lebih atas
persamaan program. Tigakekuatan social politik itu adalah
§ Partai Demokrasi
Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik,
Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
Penyederhanaan
partai-partai politik ini dilakukan pemerintah Orde Baru dalam upayamenciptakan
stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengalaman sejarah pada masa
pemerintahan sebelumnya telah memberikan pelajaran, bahwa perpecahan yang
terjadi dimasa Orde Lama, karena adanya perbedaan ideologi politik dan
ketidakseragaman persepsiserta pemahaman Pancasila sebagai sumber hukum
tertinggi di Indonesia.
Pemilihan Umum
Selama masa
Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali pemilihan umum, yaitu
tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap Pemilu yang diselenggarakan selama masa
pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memperoleh mayoritas suara dan
memenangkan Pemilu Pada Pemilu 1997 yang merupakan pemilu terakhir masa
pemerintahan Orde Baru, Golkar memperoleh 74,51 % dengan perolehan 325
kursi di DPR, dan PPP memperoleh 5,43 %dengan peroleh 27 kursi. Dan PDI
mengalami kemorosotan perolehan suara hanya mendapat11 kursi. Hal disebabkan
adanya konflik intern di tubuh partai berkepala banteng tersebut, dan PDI pecah
menjadi PDI Suryadi dan PDI Megawati Soekarno Putri yang sekarang menjadi PDIP .Penyelenggaraan
Pemilu yang teratur selama masa pemerintahan Orde Baru telah menimbulkan kesan
bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan baik. Apalagi Pemilu
berlangsung dengan asas LUBER (langsung, umum, bebas, dan rahasia). Namun
dalamkenyataannya Pemilu diarahkan untuk kemenangan salah satu kontrestan
Pemilu yaituGolkar.Kemenangan Golkar yang selalu mencolok sejak Pemilu 1971
sampai dengan Pemilu 1997 menguntungkan pemerintah di mana perimbangan suara di
MPR dan DPR didominasi oleh Golkar. Keadaan ini telah memungkinkan Soeharto
menjadi Presiden Repupublik Indonesia selama enam periode, karena pada masa Orde
Baru presiden dipilih oleh anggota MPR. Selain itu setiap pertanggungjawaban,
rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat
persetujuan MPR dan DPR tanpa catatan
Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI
Untuk
menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru memberikan peran ganda
kepada ABRI, yaitu peran Hankam dan sosial. Peran ganda ABRI ini kemudian
terkenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI. Timbulnya pemberian peran ganda pada
ABRI karena adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang
tentara. Kedudukan TNI dan POLRI dalam pemerintahan adalah sama. di MPR dan DPR
mereka mendapat jatah kursi dengan cara pengangkatan tanpa melalui Pemilu
Pertimbangan pengangkatan anggota MPR/DPR dari ABRI didasarkan pada fungsinya sebagai
stabilitator dan dinamisator.Peran dinamisator sebanarnya telah diperankan ABRI
sejak zaman Perang Kemerdekaan. Waktu itu Jenderal Soedirman telah melakukannya
dengan meneruskan perjuangan, walaupun pimpinan pemerintahan telah ditahan
Belanda. Demikian juga halnya yang dilakukanSoeharto ketika menyelamatkan
bangsa dari perpecahan setelah G 30 S PKI, yangmelahirkankan Orde Baru. Boleh
dikatakan peran dinamisator telah menempatkan ABRI pada posisiyang terhormat
dalam percaturan politik bangsa selama ini.
Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
Pada tanggal 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan
gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila, yang
terkenal dengan nama Ekaprasatya
Pancakarsaatau Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Untuk
mendukung pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 secara
murni dan konsekuen, maka sejak tahun1978 pemerintah
menyelenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat.
Penataran P4 ini bertujuan membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasiPancasila,
sehingga dengan adanya pemahaman yang sama terhadap Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945 diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara.
Melalui penegasan tersebut opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat
terhadap pemerintah Orde Baru. Dan sejak tahun 1985 pemerintah
menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal dan kehidupan berorganisasi. Semua
bentuk organisasi tidak boleh
menggunakan asasnya selain Pancasila. Menolak Pancasila sebagai sebagai asas
tunggal merupakan pengkhianat terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi,
dan Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem
sosial masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi tertinggi Orde Baru,
dan oleh karenanya maka semua prestasi lainnya dikaitkan dengan nama Pancasila.
Mulai dari sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila, hubungan industri
Pancasila, demokrasi Pancasila, dan sebagainya. Dan Pancasila dianggap memiliki
kesakralan (kesaktian) yang boleh diperdebatkan.
Penataan Politik Luar
Negeri
Pada masa
Orde Baru politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif kembali dipulihkan.
Dan MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi landasan politik luar
negeri Indonesia. Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia harus didasarkan
kepada kepentingannasional, seperti pembangunan nasional, kemakmuran rakyat,
kebenaran, serta keadilan.
Kembali menjadi anggota PBB
Pada tanggal 28 Desember 1966 Indonesia
kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Keputusan untuk
kembali menjadi anggota PBB dikarenakan pemerintah sadar bahwa banyak manfaat
yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota pada tahun 1955-1964.
Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB
disambut baik oleh negara-negara Asia lainnya bahkan oleh PBB sendiri. Hal ini
ditunjukkan dengan dipilihnya Adam Malik sebagai
Ketua Majelis Umum PBB untuk masa siding tahun 1974. Dan Indonesia juga memulihkanhubungan
dengan sejumlah negara seperti India, Thailand, Australia, dan
negara-negara lainnya yang sempat renggang akibat politik konfrontasi Orde
Lama.
Normalisasi Hubungan dengan Negara lain
Pemulihan Hubungan dengan Singapura
Dengan
perantaraan Dubes Pakistan untuk Myanmar, Habibur
Rachman, hubungan Indonesia dengan Singapura berhasil
dipulihkan kembali. Pada tanggal 2 Juni 1966
pemerintah Indonesia menyampaikan nota pengakuan atas Republik Singapura kepada
Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Dan pemerintah Singapura menyampaikan
nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Pemulihan Hubungan dengan Malaysia
Penandatanganan persetujuan normalisasi hubungan Indonesia-Malaysia
Normalisasi
hubungan Indonesia dengan Malaysia dimulai dengan diadakannya perundingan di
Bangkok pada 29 Mei- 1 Juni 1966 yang menghasilkan Perjanjian Bangkok. Isi
perjanjian tersebut adalah:
§ Rakyat Sabah diberi
kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah merekaambil mengenai
kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
§ Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan
hubungan diplomatik.
§ Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan
dihentikan.
Dan pada
tanggal 11 Agustus 1966 penandatangan persetujuan pemulihan hubungan
Indonesia-Malaysia ditandatangani di Jakarta oleh Adam Malik(Indonesia)
dan Tun Abdul Razak (Malaysia).
Pembekuan Hubungan dengan RRC
Pada tanggal
1 Oktober 1967 Pemerintantah Republik Indonesia membekukan hubungan diplomatik
dengan Republik Rakyat Cina (RRC).
Keputusan tersebut dilakukan karena RRC telah mencampuri urusan dalam negeri
Indonesia dengan cara memberikan bantuan kepada G 30 S PKI baik untuk
persiapan, pelaksanaan, maupun sesudah terjadinya pemberontakan tersebut. Selain itu pemerintah Indonesia merasa
kecewa dengan tindakan teror yang dilakukan orang-orang Cina terhadap gedung, harta,
dan anggota-anggota Keduataan Besar Republik Indonesia di Peking. Pemerintah
RRC juga telah memberikan perlindungan kepada tokoh-tokoh G 30 S PKI di luar
negeri, serta secara terang-terangan menyokong bangkitnya kembali PKI. Melalui media massanya RRC telah melakukan kampanye
menyerang Orde Baru. Dan pada 30 Oktober 1967 Pemerintah Indonesia secara resmi
menutup Kedutaan Besar di Peking.
Penataan Kehidupan Ekonomi
Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi
Untuk
mengatasi keadaan ekonomi yang kacau
sebagai peninggalan pemerintah Orde Lama, pemerintah Orde Baru melakukan langkah-langkah:
§ Memperbaharui kebijakan ekonomi, keuangan, dan
pembangunan. Kebijakan ini didasari oleh Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966
§ MPRS mengeluarkan
garis program pembangunan, yakni program penyelamatan, program stabilisasi dan
rehabilitasi.
Program
pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama
stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi
berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus.
Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana
ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana
yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Langkah-langkah yang diambil Kabinet
Ampera yang mengacu pada Ketetapan MPRS tersebut adalah:
§ Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor
yang menyebabkan kemacetan. Adapun yang menyebabkan terjadinya kemacetan
ekonomi tersebut adalah:
1. Rendahnya penerimaan negara.
2. Tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran negara.
4. Terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri.
5. Penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang
berorientasi pada kebutuhan prasarana.
Untuk
melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut, maka pemerintah Orde Baru
menempuh cara-cara :
§ Melaksanakan sistem pemungutan pajak baru, baik bagi
pendapatan perorangan maupun kekayaan dengan cara menghitung pajak sendiri dan
menghitung pajak orang.
§ Menghemat pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif
dan rutin), serta menghapuskan subsidi bagi perusahaan Negara.
Program stabilsasi ini
dilakukan dengan cara membentung laju inflasi. Dan pemerintah Orde Baru
berhasil membendung laju inflasi pada akhir
tahun 1967-1968, tetapi
harga bahan kebutuhan pokok naik melonjak. Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan
pada bulan Juli 1968, pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada
pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan,
dan kurs valuta
asing. Sejak saat itu ekonomi nasional relatif stabil, sebab kenaikan harga
bahan-bahan pokok dan valuta asing sejak tahun 1969 dapat dikendalikan
pemerintah.
Program rehabilitasi dilakukan
dengan berusaha memulihkan kemampuan berproduksi. Selama sepuluh tahun terakhir
masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia mengalami kelumpuhan dan kerusakan pada
prasarana social dan ekonomi. Lembaga perkreditan desa, gerakan koperasi, dan
perbankan disalahgunakan dan dijadikan alat kekuasaan oleh golongan dan
kelompok kepentingan tertentu. Dampaknya lembaga (negara) tidak dapat
melaksanakan fungsinya sebagai penyusun perbaikan tata kehidupan rakyaT.
Kerjasama Luar Negeri
§ Pertemuan Tokyo
Selain
mewariskan keadaan ekonomi yang sangat parah, pemerintahan Orde Lama juga
mewariskan utang luar negeri yang sangat besar yakni mencapai 2,2-2,7 miliar,
sehingga pemerintah Orde Baru meminta negara-negara kreditor untuk dapat
menunda pembayaran kembali utang Indonesia. Pada tanggal 19-20 September 1966 pemerintah
Indonesia mengadakan perundingan dengan negara-negara kreditor di Tokyo. Pemerintah Indonesia akan melakukan usaha bahwa devisa
ekspor yang diperoleh Indonesia akan digunakan untuk membayar utang yang
selanjutnya akan dipakai untuk mengimpor bahan-bahan baku. Hal ini mendapat
tanggapan baik dari negara-negara kreditor. Perundinganpun dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai
kesepakatan sebagai berikut
1. Pembayaran dilaksanakan secara angsuran, dengan angsuran
tahunan yang sama besarnya.
2. Selama waktu pengangsuran tidak dikenakan bunga.
3. Pembayaran hutang dilaksanakan atas dasar prinsip
nondiskriminatif, baik terhadap negara kreditor maupun terhadap sifat atau
tujuan kredit.
§ Pertemuan Amsterdam
Pada tanggal
23-24 Februari 1967 diadakan
perundingan di Amsterdam, Belanda yang
bertujuan membicarakan kebutuhan Indonesia akan bantuan luar negeri serta
kemungkinan pemberian bantuan dengan syarat lunas, yang selanjutnya dikenal
dengan IGGI (Intergovernmental
Group for Indonesia). Pemerintah Indonesia mengambil langkah tersebut untuk
memenuhi kebutuhannya guna pelaksanaan program-program stabilisasi dan
rehabilitasi ekonomi serta persiapan-persiapan pembangunan. Di samping mengusahakan bantuan luar
negeri tersebut, pemerintah juga berusaha dan telah berhasil mengadakan
penangguhan serta memperingan syarat-syarat pembayaran kembali (rescheduling)
hutang-hutang peninggalan Orde Lama. Melalui
pertemuan tersebut pemerintah Indonesia berhasil mengusahakan bantuan luar
negeri.
Pembangunan Nasional
Setelah
berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, maka langkah selanjutnya
yang ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan pembangunan nasional.
Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan
melalui Pembangunan Jangka pendek dan Pembangunan Jangka Panjang Pambangunan
Jangka Pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap Pelita
memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Sedangkan Pembangunan Jangka Panjang mencakup periode
25-30 tahun. Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan
Negara. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tujuan
nasional yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 yaitu:
1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah Indonesia
2. Meningkatkan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
Pelaksanaan
Pembangunan Nasional yang dilaksanakan pemerintah Orde Baru berpedoman pada
Trilogi Pembangunan dan Delapan jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman
tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana
politik dan ekonomi yang stabil. Isi Trilogi Pembangunan adalah
Pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat.
1. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
2. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Dan Delapan
Jalur Pemerataan yang dicanangkan pemerintah Orde Baru adalah
Pemerataan pemenuhan
kebutuhan pokok rakyat khususnya pangan, sandang dan perumahan.
1. Pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan dan pelayanan
kesehatan
2. Pemerataan pembagian pendapatan.
3. Pemerataan kesempatan kerja
4. Pemerataan kesempatan berusaha
5. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan,
khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita.
6. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah
Tanah Air
7. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
§ Pelaksanaan Pembangunan Nasional
Seperti
telah disebutkan di muka bahwa Pembangunan nasional direalisasikan melalui
Pembangunan Jangka Pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Dan Pembangunan
Jangka Pendek dirancang melalui program Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Selama
masa Orde Baru, pemerintah telah melaksanakan enam Pelita yaitu
§ Pelita I
Pelita I
dilaksanakan mulai 1 April 1969 sampai 31 Maret 1974, dan menjadi landasan awal pembangunan masa Orde Baru.
Tujuan Pelita I adalah meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan
dasar-dasar bagi pembangunan tahap berikutnya. Sasarannya adalah pangan,
sandang, perbaikan prasarana perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani. Titik beratnya adalah pembangunan bidang pertanian sesuai
dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan
bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil
pertanian
§ Pelita II
Pelita II
mulai berjalan sejak tanggal 1 April 1974 sampai
31 Maret 1979. Sasaran utama Pelita II ini adalah tersedianya pangan,
sandang, perumahan, sarana prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas
kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II dipandang cukup berhasil. Pada awal
pemerintahan Orde Baru inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I inflasi
berhasil ditekan menjadi 47%. Dan pada tahun keempat Pelita II inflasi turun
menjadi 9,5%.
§ Pelita III
Pelita III
dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 sampai
31 Maret 1984. Pelaksanaan Pelita III masih berpedoman pada Trilogi
Pembangunan, dengan titik berat pembangunan adalah pemerataan yang dikenal
dengan Delapan Jalur Pemerataan.
§ Pelita IV
Pelita IV
dilaksanakan tanggal 1 April 1984 sampai
31 Maret 1989. Titik berat Pelita IV ini adalah sektor pertanian untuk
menuju swasembada pangan,
dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Dan
di tengah berlangsung pembangunan pada Pelita IV ini yaitu awal tahun 1980 terjadi resesi. Untuk mempertahankan kelangsungan pembangunan ekonomi,
pemerintah mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal. Dan pembangunan nasional
dapat berlangsung terus.
§ Pelita V
Pelita V
dimulai 1 April 1989 sampai
31 Maret 1994. Pada Pelita ini pembangunan ditekankan pada sector
pertanian dan industri. Pada masa itu kondisi ekonomi Indonesia berada pada
posisi yang baik, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 6,8% per tahun. Posisi
perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan.
Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.
§ Pelita VI
Pelita VI
dimulai 1 April 1994 sampai
31 Maret 1999. Program pembangunan pada Pelita VI ini ditekankan pada
sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian, serta peningkatan
kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang
sebagai penggerak pembangunan. Namun pada periode ini terjadi krisis moneter yang
melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena
krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang menganggu perekonomian
telah menyebabkan proses pembangunan terhambat, dan juga menyebabkan runtuhnya
pemerintahan Orde Baru.
Warga Tionghoa
Warga
keturunan Tionghoa juga
dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan dianggap sebagai warga
negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang
secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Kesenian barongsai secara
terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin dilarang,
meski kemudian hal ini diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa Indonesia terutama
dari komunitas pengobatan Tionghoa tradisional karena pelarangan sama sekali
akan berdampak pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa ditulis dengan
bahasa Mandarin. Mereka pergi
hingga ke Mahkamah Agung dan akhirnya Jaksa Agung Indonesia waktu itu memberi
izin dengan catatan bahwa Tionghoa Indonesia berjanji tidak menghimpun kekuatan
untuk memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia.
Satu-satunya
surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit adalah Harian
Indonesia yang sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia.
Harian ini dikelola dan diawasi oleh militer Indonesia dalam hal ini adalah ABRI meski
beberapa orang Tionghoa Indonesia bekerja juga di sana. Agama tradisional
Tionghoa dilarang. Akibatnya agama Konghucu kehilangan
pengakuan pemerintah.
Pemerintah
Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketika itu mencapai
kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat Indonesia dikhawatirkan akan
menyebarkan pengaruh komunisme di
Tanah Air. Padahal, kenyataan berkata bahwa kebanyakan dari mereka berprofesi
sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh
komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan dilakukan.
Orang
Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi memilih untuk
menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan dirinya.
Konflik Perpecahan Pasca
Orde Baru
Di masa Orde
Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan bangsa Indonesia. Setiap hari
media massa seperti radio dan televisi mendengungkan
slogan "persatuan dan kesatuan bangsa". Salah satu cara yang
dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan transmigrasi dari daerah
yang padat penduduknya seperti Jawa, Bali dan Madura ke luar
Jawa, terutama ke Kalimantan, Sulawesi,Timor Timur, dan Irian
Jaya.Namun dampak negatif yang tidak
diperhitungkan dari program ini adalah terjadinya marjinalisasi terhadap
penduduk setempat dan kecemburuan terhadap penduduk pendatang yang banyak
mendapatkan bantuan pemerintah. Muncul tuduhan bahwa program transmigrasi sama
dengan jawanisasi yang
sentimen anti-Jawa di berbagai daerah, meskipun tidak semua transmigran itu
orang Jawa.
Pada awal Era Reformasi konflik
laten ini meledak menjadi terbuka antara lain dalam bentuk konflik
Ambon dan konflik
Madura-Dayak di
Kalimantan. Sementara itu gejolak
di Papua yang
dipicu oleh rasa diperlakukan tidak adil dalam pembagian keuntungan pengelolaan
sumber alamnya, juga diperkuat oleh ketidaksukaan terhadap para transmigran.
Kelebihan sistem
Pemerintahan Orde Baru
§ Perkembangan GDP per
kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah
mencapai lebih dari AS$1.565
§ Sukses swasembada pangan
§ Pengangguran minimum
§ Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
§ Sukses Gerakan Wajib Belajar
§ Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
§ Sukses keamanan dalam negeri
§ Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
§ Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk
dalam negeri
Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru
1. Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme
2. Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya
kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena
kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat
3. Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena
kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua
4. Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para
transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada
tahun-tahun pertamanya
5. Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan
yang tidak merata bagi si kaya dan si miskin)
6. Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama
masyarakat Tionghoa)
7. Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
8. Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak
koran dan majalah yang dibredel
9. Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara
lain dengan program "Penembakan Misterius"
10. Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke
pemerintah/presiden selanjutnya)
11. Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit
penyakit Asal Bapak Senang, hal ini kesalahan paling fatal Orde Baru karena
tanpa birokrasi yang efektif negara pasti hancur.
12. Menurunnya kualitas tentara karena level elit terlalu
sibuk berpolitik sehingga kurang memperhatikan kesejahteraan anak buah.
13. Pelaku ekonomi yang dominan adalah lebih dari 70% aset
kekayaaan negara dipegang oleh swasta
Krisis finansial Asia
Pada
pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk
lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk
dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang
semakin jatuh. Rupiah jatuh,
inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran,
yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di
tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti
ketujuh, Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk
menjadi presiden ketiga Indonesia.
Pasca-Orde Baru
Mundurnya
Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat
dikatakan sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era Reformasi". Masih adanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde
Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering membuat beberapa
orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era
Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca Orde Baru".
Meski
diliputi oleh kerusuhan etnis dan lepasnya Timor Timur,
transformasi dari Orde Baru ke Era Reformasi berjalan relatif lancar
dibandingkan negara lain seperti Uni Soviet dan Yugoslavia. Hal ini
tak lepas dari peran Habibie yang
berhasil meletakkan pondasi baru yang terbukti lebih kokoh dan kuat menghadapi
perubahan zaman.
DEMOKRSI “HAKEKAT DEMOKRASI”
DEMOKRASI
HAKEKAT DEMOKRASI
• Pengertian Etimologis Demokrasi
Demokrasi (Yunani); demos (rakyat) dan cratos (pemerintahan/kekuasaan) pemerinyahan rakyat atau kekuasaan rakyat.
HAKEKAT DEMOKRASI
• Pengertian Etimologis Demokrasi
Demokrasi (Yunani); demos (rakyat) dan cratos (pemerintahan/kekuasaan) pemerinyahan rakyat atau kekuasaan rakyat.
•
Pengertian Terminologis
Harris Soche
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintahan melekat pd diri rakyat, diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak unt mengatur , mempertahankan, dan melindungi dirinya dr paksaan dan pemerkosaan orang lain atau badan yg diserahi unt memerintah.
Henry B. Mayo
Sist Pol Demokrasi adl sist yg menunjukkan bw kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wkl2 yg diawasi scr efektif oleh rakyat dl pemilihan2 berkala yg didsrkan atas prinsip kesamaan pol & dislenggarakan dl suasana terjaminnya kebebasan pol.
Harris Soche
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintahan melekat pd diri rakyat, diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak unt mengatur , mempertahankan, dan melindungi dirinya dr paksaan dan pemerkosaan orang lain atau badan yg diserahi unt memerintah.
Henry B. Mayo
Sist Pol Demokrasi adl sist yg menunjukkan bw kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wkl2 yg diawasi scr efektif oleh rakyat dl pemilihan2 berkala yg didsrkan atas prinsip kesamaan pol & dislenggarakan dl suasana terjaminnya kebebasan pol.
Samuel P.
Huntington
Sispol demokratis sejauh pr pembuat keputusan kolektif yg plg kuat dl sist itu dipilih mll pmlhan yang jurdil, & berkala dan di dl sist itu pr cln bebas bersaing unt memperoleh suara & hampir semua pddk dws semua memilih.
• Prinsip Utama Dalam Demokrasi ( Maswadi Rauf, 1997)
a. Kebebasan/persamaan, dan
b. Kedaulatan rakyat.
• Macam Demokrasi
a. Langsung
Paham demokrasi yg mengikutsertakan setiap warganegaranya dl pmusyawaratan unt menentukan kebijaksanaan umum & undang2.
b. Tidak Langsung
Paham demokrasi yg dilaks mll sist perwakilan
Sispol demokratis sejauh pr pembuat keputusan kolektif yg plg kuat dl sist itu dipilih mll pmlhan yang jurdil, & berkala dan di dl sist itu pr cln bebas bersaing unt memperoleh suara & hampir semua pddk dws semua memilih.
• Prinsip Utama Dalam Demokrasi ( Maswadi Rauf, 1997)
a. Kebebasan/persamaan, dan
b. Kedaulatan rakyat.
• Macam Demokrasi
a. Langsung
Paham demokrasi yg mengikutsertakan setiap warganegaranya dl pmusyawaratan unt menentukan kebijaksanaan umum & undang2.
b. Tidak Langsung
Paham demokrasi yg dilaks mll sist perwakilan
Demokrasi
sebagai bentuk Pemerintahan
•
Bentuk Pemerintahan menurut Plato
a. Monarki; bentuk pemerintahan yg dipegang oleh seseorang sgb pemimpin tetinggi & dijlkan unt kepent rakyat banyak.
b. Tirani; bentuk pemerintahan yg dipegang oleh seseorang sbg pemimpin tertinggi & dijlkan unt kepent pribadi.
c. Aristokrasi; bentuk pemerintahn yg dipegang oleh sekelompok orang yg memimpin & dijlkan unt kepent rakyat banyak.
d. Oligarki; bentuk pemerintahan yg dipegang oleh seklpok orang & dijlnkan untuk kelompok itu sendiri.
e. Demokrasi; bentuk pemerintahan yg dipegang oleh rakyat unt kepent rakyat.
f. Mobokrasi/Okhlokrasi; bentuk pemerintahan yg dipegang oleh rakyat ttpi rakyat yg tdk tahu apa2, rakyat yg tdk bpendidikan , & rakyat yg tdk paham ttg pem, yg akhirnya pem yg dijlkan tdk bhasil unt kepent rakyat banyak.
a. Monarki; bentuk pemerintahan yg dipegang oleh seseorang sgb pemimpin tetinggi & dijlkan unt kepent rakyat banyak.
b. Tirani; bentuk pemerintahan yg dipegang oleh seseorang sbg pemimpin tertinggi & dijlkan unt kepent pribadi.
c. Aristokrasi; bentuk pemerintahn yg dipegang oleh sekelompok orang yg memimpin & dijlkan unt kepent rakyat banyak.
d. Oligarki; bentuk pemerintahan yg dipegang oleh seklpok orang & dijlnkan untuk kelompok itu sendiri.
e. Demokrasi; bentuk pemerintahan yg dipegang oleh rakyat unt kepent rakyat.
f. Mobokrasi/Okhlokrasi; bentuk pemerintahan yg dipegang oleh rakyat ttpi rakyat yg tdk tahu apa2, rakyat yg tdk bpendidikan , & rakyat yg tdk paham ttg pem, yg akhirnya pem yg dijlkan tdk bhasil unt kepent rakyat banyak.
•
Bentuk Pemerintahan menurut Machiavelli
a. Monarki; bentuk pemerintahan yg bersifat kerajaan. Pemimpin umumnya bergelar raja, ratu, kaisar, atau sultan.
b. Republik; bentuk pemerintahan yg dipimpin oleh seorang presiden atau perdana menteri
a. Monarki; bentuk pemerintahan yg bersifat kerajaan. Pemimpin umumnya bergelar raja, ratu, kaisar, atau sultan.
b. Republik; bentuk pemerintahan yg dipimpin oleh seorang presiden atau perdana menteri
Beberapa
prinsip Demokrasi
• Pembagian kekuasaan brd pd badan yg berbeda;
• Pemerintahan kostitusional;
• Rule of law;
• Parpol lebih dr satu;
• Pers yg bebas;
• Pengakuan thd hak2 minoritas;
• Perlindungan thd HAM;
• Penempatan pejabat gun merit system
• Jaminan thd kebebasan individu dl batas2 tertentu.
• Pembagian kekuasaan brd pd badan yg berbeda;
• Pemerintahan kostitusional;
• Rule of law;
• Parpol lebih dr satu;
• Pers yg bebas;
• Pengakuan thd hak2 minoritas;
• Perlindungan thd HAM;
• Penempatan pejabat gun merit system
• Jaminan thd kebebasan individu dl batas2 tertentu.
Prinsip Kediktatoran pd Sispol Otoriter
• Pemusatan kekuasaan pd satu lembaga;
• Pmrtahan tidk berdasr pd konstitusi;
• Rule of power yg ditandai dg supremasi kekuasaan & ketidaksamaan di dpn hk;
• Pembentukan pmrtahan tdk bdasrkan musyawarah ttp mll dekrit;
• Pemilihan umum tdk demokratis;
• Tedpt satu parpol;
• Menekan & tdk mengakui hak2 minoritas warga;
• Penyelesaian perbedaan dg kekerasan & paksaan.
Demokratisasi
Penerapan kaidah2 atau prinsip2 demokrasi pd setiap kegiatan politik kenegaraan.
Tahap proses demokratisasi:
1. Pergantian dr penguasa nondemokratis ke penguasa demokratis;
2. Pembentukan lembaga2 & tertib politik demokrasi;
3. Konsolidasi demokrasi;
4. Praktek demokrasi sbg budaya politik bernegara.
Ciri Demokratisasi (Maswadi Rauf,1997)
• Berlangsung secara evolusioner;
Demokratisasi berlangsung dl waktu yg lama. Berjalan scr perlahan, bertahap & bagian demi bagian.
• Proses perubahan secara persuasif bukan koersif;
Proses menju demokrasi dilakukan dg musyawarah dg melibatkan setiap warga negara.
• Proses yang tidak pernah selesai;
Demokratisasi mrp proses yg berlangsung terus. Demokrasi mrp suatu yg ideal yg tdk bisa tercapai.
Kondisi bagi kelancaran demokratisasi
• Penguatan struktur ekonomi yg berbasis keadilan;
• Tersedianya kebutuhan2 dasar bagi warga negara;
• Kemapanan kesatuan dan identitas nasional;
• Pengetahuan yg luas, pendidikan, kedewasaan, sikap toleransi, dan rasa tanggung jawab kolektif warga negara khususnys masyarakat pemilih;
• Rezim yang terbuka dan bertanggung jawab;
• Pengakuan yg berkelanjutan dr negara2 demokratis Demokrasi Indonesia (Pancasila)
• Kedaulatan Rakyat;
• Republik;
• Negara berdasar atas hukum;
• Pemerintahan yg konstitusional;
• Sistem perwakilan;
• Prinsip musyawarah;
Penerapan kaidah2 atau prinsip2 demokrasi pd setiap kegiatan politik kenegaraan.
Tahap proses demokratisasi:
1. Pergantian dr penguasa nondemokratis ke penguasa demokratis;
2. Pembentukan lembaga2 & tertib politik demokrasi;
3. Konsolidasi demokrasi;
4. Praktek demokrasi sbg budaya politik bernegara.
Ciri Demokratisasi (Maswadi Rauf,1997)
• Berlangsung secara evolusioner;
Demokratisasi berlangsung dl waktu yg lama. Berjalan scr perlahan, bertahap & bagian demi bagian.
• Proses perubahan secara persuasif bukan koersif;
Proses menju demokrasi dilakukan dg musyawarah dg melibatkan setiap warga negara.
• Proses yang tidak pernah selesai;
Demokratisasi mrp proses yg berlangsung terus. Demokrasi mrp suatu yg ideal yg tdk bisa tercapai.
Kondisi bagi kelancaran demokratisasi
• Penguatan struktur ekonomi yg berbasis keadilan;
• Tersedianya kebutuhan2 dasar bagi warga negara;
• Kemapanan kesatuan dan identitas nasional;
• Pengetahuan yg luas, pendidikan, kedewasaan, sikap toleransi, dan rasa tanggung jawab kolektif warga negara khususnys masyarakat pemilih;
• Rezim yang terbuka dan bertanggung jawab;
• Pengakuan yg berkelanjutan dr negara2 demokratis Demokrasi Indonesia (Pancasila)
• Kedaulatan Rakyat;
• Republik;
• Negara berdasar atas hukum;
• Pemerintahan yg konstitusional;
• Sistem perwakilan;
• Prinsip musyawarah;
•
Prinsip ketuhanan
0 komentar:
Posting Komentar